Sunday, March 25, 2018

Makkah - Madinah dari Sudut Pandang Lensa Kameraku (Part I)

Cerita tentang perjalanan umroh, pengalaman umroh dan lainnya sudah banyak sekali dipublikasikan orang, tentunya semua memiliki ciri, cara dan gaya nya masing-masing. Perjalanan Umroh pertama kali saya bersama Mizani Prima Tour and Travel memberikan pengalaman tersendiri, saya percaya perjalanan umroh ini tidak terlepas dari niat baik, dan tentunya doa saya selama ini, termasuk doa-doa keluarga dan sahabat terdekat, sehingga dikabulkan oleh Allah SWT.

Dalam postingan kali ini saya tidak akan banyak bercerita tentang pengalaman religi saya selama di tanah suci, karena selain merasa belum pantas untuk diceritakan, juga pengetahuan dan pemahaman saya tentang agama juga masih sangat minim. Biarlah foto dan video berikut yang akan bercerita dengan sendirinya, sumber foto dan video selain dari dokumentasi pribadi juga berasal dari dokumentasi beberapa rekan yang tergabung dalam rombongan Umroh. 




=======================================

Travel on Duty Edisi Bandung bersama Thailand Team ; Kawah Putih (Part II)

Kawah Putih Bandung merupakan salah satu objek wisata di Bandung yang terkenal. Banyak wisatawan baik luar maupun lokal yang berkunjung ke lokasi ini. Objek Wisata Kawah Putih Bandung terletak di daerah Bandung selatan. Dikelilingi oleh kebun teh Walini yang indah dan terawat, disertai dengan suasana yang tenang dan segar amat memikat siapapun yang berlibur ke daerah ini. Kawah putih sendiri merupakan kawah bekas letusan gunung patuha   di sekitar abad 10. Kawah putih terletak di daerah Bandung selatan, setelah Ciwidey. Terletak kira-kira 50 KM dari pusat kota Bandung. Cara menuju kawah putih cukup mudah, dan banyak terdapat rambu menuju ke sini. Jika dari Jakarta, anda cukup masuk ke tol cipularang dan keluar di gerbang tol Kopo. Dari sana belok kanan menuju ke arah soreang – ciwidey – ciwidey selatan.
==============================================================
Kawah Putih-Ciwidey menjadi tempat yang kami kunjungi di hari terakhir kami di Bandung. Sekali lagi tempat ini merupakan pilihan delegasi Thailand setelah mereka melihat indahnya kawah putih lewat internet. Mengingat lokasinya lumayan jauh, maka kami berangkat dari hotel sekaligus check out pukul 07.00 WIB langsung menuju lokasi.
Perjalanan dari Kota Bandung menuju Ciwidey kami tempuh dalam waktu 3 jam, dimana tepat jam 10.00 WIB kami sudah tiba di lokasi. Disini saya mungkin tidak bisa cerita berapa tarif masuk saat itu, kami kebetulan kami dapat free pass dari salah seorang teman, walau tetap melakukan administrasi di kantor, namun billing tagihannya dibuat nol rupiah. 
Tujuan utama tentu saja kami menuju Kawah Putih, buat saja wisata ke Ciwidey bukan yang pertama kali, namu  untuk ke Kawah Putih merupakan yang pertama kali, jadi selain team Thailand yang begitu exited melihat keindahan lokasi ini, saya pun dibuat takjub dengan wisata indah ini, bau belerang tidak begitu menyengat walau tetap banyak juga penjual yang menjajakan masker, dan beberapa orang malah diajurkan untuk tetap menggunakan masker.
Di Lokasi Kawah Putih banyak terdapat "tukang foto" dengan tarif Rp. 20.000,- per foto yang sudah dicetak atau Rp. 10.000,- per foto untuk soft file nya saja. Dengan berbekal kamera DLSR dan menenteng beberapa foto hasil jepretan para tukang foto ini menawarkan jasanya hampir di setiap sudut kawan Kawah Putih. Saya dan teman-teman walau sudah menggunakan handphone yang sudah tergolong "canggih", tetap saja tergiur untuk menggunakan jasa tukang foto tersebut, alhasil ada 14 foto "terbaik" yang mesti kami bayar, yakni Rp. 140.000,-. Saran saya buat rekan-rekan yang mau meng-copy soft file foto dari tukang foto agar cek dan re cek lagi, sebab dari pengalaman saya dari 14 foto yang dicopy hanya 5 foto yang "lengkap"copy nya, selebihnya 0 kb, sehingga tidak ada foto yang bisa dilihat, jadi tetap hati-hati yah,.....

Puas menikmati keindahan wisata Kawah Putih, kami selanjutnya bergerak menuju ke obyek wisata pemandian air panas Cimanggu, karena kami ingin menunjukkan ke team Thailang Jacuzzi alami ala Ciwidey, dan Alhamdulillah mereka tertarik untuk mandi merasakan sensasi pemandian air panas.

 
Kurang lebih 4 jam kami berendam sekaligus menikmati suasana pemandian air panas Cimanggu, saatnya untuk turun dan bersiap-siap untuk pulang menuju kembali ke Jakarta, namun karena perut sudah keroncangan, maka sambil turun menyusuri jalanan kami singgah di rumah makan dengan menu khas Indonesia sesuai request tim Thailand.
 =============================================================

Tuesday, March 20, 2018

Travel on Duty Edisi Bandung bersama Thailand Team (Part I)

Mendengar kata Kota Bandung, kita pasti akan langsung membayangkan sebuah kota yang memiliki banyak tempat wisata, kuliner melimpah, tempat nongkrong kekinian dan hal lainnya yang keren. Kesempatan untuk mengunjungi kota Bandung sekaligus "kerja"mendampingi delegasi dari Thailand membuat saya telah menyiapkan beberapa list tempat yang akan ditawarkan ke mereka untuk dikunjungi. Dengan waktu yang lumayan singkat kami berhasil mengunjungi beberapa spot di kota Bandung dan spot wisata di seputaran Bandung, yakni Lembang dan Ciwidey.
===================================================================

Trip kali ini sesuai arahan satu teman di Bandung sebaiknya tidak menggunakan mobil, melainkan naik kereta, selain perjalanan yang sangat nyaman juga bisa menikmati pemandangan selama perjalanan tanpa harus terganggu dengan kemacetan. Dan benar sekali ternyata Delegai Thailand sangat menikmati perjalanan dengan kereta, mereka memuji kereta yang bagus, bersih dan wangi plus pemandangan hutan, bebukitan, sawah dan rumah-rumah penduduk sepanjang perjalanan. 
Hal yang "menggelitik" selama perjalanan adalah ketika operator kereta memberikan pengumuman bahwa kereta tiba di Stasiun CIMAHI, sontak salah satu delegasi shock karena menurut pendengarannya adalah CHIANG MAI, kota dimana dia tinggal di Thailand, ternyata di Bandung juga ada Chiangmai katanya yang diikuti gelak tawa kami. Akhirnya kata Chiangmai dan Cimahi menjadi kata paling lucu selama perjalanan.
Perjalanan kurang lebih 4 jam kami tempuh dengan suka cita, tiba di Stasiun Bandung kami dijemput lanjut kerja dan menuju Hotel (skip untuk urusan kerjaannya yah,...hehehehe). oyah, kami menyempatkan diri juga untuk makan siang di tempat kuliner yang Hits di Bandung, yakni Sate Haris, sayangnya tempat ini hanya ada sate kambing dan sop kambing, dimana ternyata salah satu dari mereka tidak makan itu, tapi karena sudah terlanjur, mereka bilang Its Okay,...perasaan tidak enak dan ingin pindah ke tempat lain sempat kami tawarkan, namun setelah mereka mencoba, diluar dugaan mereka sangat suka satenya,...dan hal "unik" lainnya adalah mereka begitu menyukai Acar, dan mereka saat itu menghabiskan satu setengah toples Acar!!!,...Amazing, hehehe.....
Lokasi berikutnya yang kami kunjungi adalah Farm House di daerah Lembang, dengan melalui jalanan alternatif yang lumayan sempit dan menanjak memberikan kesan petualangan tersendiri. Lokasi ini merupakan pilihan dari delegasi Thailand setelah mereka browsing sendiri lokasi-loasi Hits di Bandung.

 
di Farm House kami begitu menikmati suasana yang ada, walau sedikit crowded karena ternyata banyak rombongan anak sekolah dan rombongan wisata tour lainnya yang berkunjung. Delegasi Thailand sempat berbelanja beberapa pernaik pernik dan kaos yang bertuliskan Far House, dan yang tidak mungkin lupa adalah berfoto di spot-spot favorite disana.

Keesokan harinya kami menyempatkan diri ke Trans Studio, selain untuk memperlihatkan salah satu mall yang hits di Bandung, ini juga permintaan dari Delegasi Thailand untuk berbelanja beberapa barang keperluan mereka. Siang hingga malam kami juga mengajak mereka untuk menikmati keindahan kota Bandung dengan berkunjung ke Masjid Raya Bandung dengan Alun Alun yang menjadi ruang terbuka bermain bagi masyarakat kota Bandung. 


Kunjungan hari kedua diakhiri dengan makan malam di seputaran Alun Alun Bandung dengan menu Seafood dan teman-temannya,.hehehehe...sekali lagi tamu dari Thailand begitu menikmati menu yang disajikan. Dan satu hal yang memiliki kesamaan dengan saya adalah sama-sama menyukai pete..hhehehe....


==============================




Monday, June 12, 2017

Travel On Duty Edisi Semarang (Part IV); Wisata Eling Bening Ambarawa

Wisata Eling Bening adalah salah satu tempat wisata di Ambarawa yang baru saja di buka pada akhir tahun 2015 lalu. Walaupun terbilang baru, namun wisata Eling Bening Bawen ini berhasil mencuri perhatian para wisatawan dan menjadi salah satu tujuan wisata favorit terbaru di Semarang.
Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kota Semarang membuat Eling Bening mudah diakses dan semakin ramai dikunjungi. Pemandangan alam yang ditawarkan tempat wisata yang lagi hits di Ambarawa ini memang sangat memukau, deretan 8 pegunungan dengan hamparan sawah dan danau di kakinya membuat pemandangan di Eling Bening semakin cantik.
================================


Perjalan trip kali ini merupakan ending dari trip Semarang sebelumnya, dimana wisata Eling Bening menjadi pilihan akhir sekaligus berbuka puasa disana (maklum nge trip nya di bulan puasa). Walau dibumbui oleh cerita nyasar (karena minimnya petunjuk arah), karena ternyata mengandalkan google map tak selalu arahnya benar,..hehehe….google map nya yang manjur ternyata adalah “bertanya”ke penduduk yang kebetulan sedang ada di pinggir jalan.

Denga tiket masuk Rp. 15.000,- per orang dan parkir Rp. 5.000,- kita langsung memasuki kawasan yang terdiri dari restoran dan view yang begitu indah. Wisata Eling Bening memiliki berbagai fasilitas seperti meeting room, stage ceremonial and shows, restoran dan kolam renang. Untuk aktivitas outbond Eling Bening memiliki fasilitas yang lumayan seru, mulai dari archery area, children playground, hill tracking area, hingga flying fox.

Kita juga dapat melihat landscape Danau Rawa Pening secara keseluruhan dari sini. Letak Eling Bening yang cukup tinggi juga menjadikan pemandangan sekitar terlihat sangat memukau, karena awan seolah-olah sangat dekat terlihat dari sini.

Jika kita ingin menikmati keindahan alam di tempat ini, sebaiknya datang di pagi hari dan berakhir di sore hari, karena ketika malam, minim penerangan dan view andalannya tentu saja sudah tidak terlihat lagi, menu makanan yang ditawarkan resto nya menurut saya lumayan enak,…jangan terlalu berharap makanan disini akan super enak karena jualannya adalah view dan taman bermain (menurut saya), kemudian anda mesti cukup sabar menunggu makan yang dipesan, apalagi kalau kondisi sedang ramai,..(tapi kalau ini wajar si…)
Mau tahu lebih banyak tentang tempat ini?,…ada website nya loch,…. http://elingbening.com/ 

Travel On Duty Edisi Semarang (Part III); Masjid Kapal Semarang

Masjid unik ini berada di kampung pinggiran Semarang wilayah Barat. Tepatnya di Jalan Kyai Padak RT 5/RW 5, Kelurahan Podorejo Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekitar 15 kilometer dari bandara A Yani. Dari bundaran Kalibanteng ke arah barat melewati UIN Semarang menuju BSB belok ke kanan. Di kampung dekat hutan itulah seorang kyai bernama Achmad membangun masjid unik ini seluas 2.500 meter persegi.

Bentuknya mirip kapal memanjang berlantai tiga. Karena keunikannya, masjid ini langsung viral di media sosial. Orang-orang mengunjunginya. " Masjid Kapal" ini dibangun berlantai tiga. Lantai pertama ruang pertemuan, lantai dua untuk masjid, dan lantai tiga untuk aktivitas mengajar dan balai kerja.


Bentuk kapal memang terinspirasi dari kapal atau bahtera milik Nabi Nuh AS. Kaumnya yang suka berbuat maksiat dan lebih suka menyembah berhala yang akhirnya dilaknat Allah SWT dengan banjir besar. Sehingga yang tersisa adalah pengikut Nabi Nuh AS yang mau mengikuti perintah Allah SWT dan selamat setelah naik kapal yang dibuat Nabi Nuh As.
Bangunan dengan luas total 2.500 meter persegi ini berdiri di atas lahan seluas 7,5 hektare. Selain bangunan berbentuk kapal, nantinya akan ada dua bangunan lain. Satu bangunan untuk klinik yang ada di sebelah kiri, dan asrama putri yang ada di belakang bangunan utama. Bangunan tiga lantai dengan panjang 50 meter, lebar 17 meter, dan tinggi 14 meter itu nantinya juga dipergunakan untuk sekolah kejuruan atau pelatihan kerja, klinik kesehatan bagi masyarakat sekitar, dan ballroom.
Bangunan Majid Kapal Semarang dengan enam pintu utama di samping kanan dan kiri ini memiliki 74 jendela berbentuk bulat yang didesain oleh seorang arsitek. Karena berbentuk kapal, dalam pengerjaannya mengalami kendala di bagian tubuh kapal. Bahan yang digunakan adalah batu bata, sementara di sepanjang pinggir bangunan dibuat kolam agar bangunan benar-benar tampak seperti kapal di atas air.

Travel On Duty Edisi Semarang (Part II); Taman Wisata Puri Maerokoco

Ingin berkunjung ke Taman Mini ala Semarang?,..Taman Wisata Puri Maeroko lah tempatnya. Disini terdapat 35 anjungan yang mencerminkan 35 kabupaten dan kotamadia yang ada di provinsi Jawa Tengah. Selain anjungan, di tempat ini juga terdapat Hutan Mangrove dan sungai yang asik untuk nongkrong bersama teman-teman.
============================

Nama Puri Maerakaca, berasal dari cerita pewayangan, pada salah satu bagian epos Mahabarata, di khayangan terdapat taman yang paling indah yang berisi seluruh keindahan taman yang ada di muka bumi, yaitu Taman Maerakaca. Puri Maerokoco ini berada di sebelah barat PRPP sebelah utara Kampung Laut, atau di sebelah utara perumahan Puri Anjasmoro.
Menurut info teman saya, dulu masuk ke taman ini free alias gratis namun saat ini bertarif, yakni per orang Rp. 10.000,- plus parkir Rp. 5.000,- jam buka buka dari jam 08.00 sampai dengan 22.00 WIB, karena kemarin saya dna teman berkunjung di bulan puasa, maka tiket tersebut juga sudah termasuk free takjil dengan cara menunjukkan tiket tersebut ke stand makanan yang ada di taman. 



Puri Maerokoco terletak tidak jauh dan hanya 5 Km dari Tugu Muda Semarang tepatnya di jalan Yos Sudarso Semarang. Puri Maerokoco merupakan salah satu bagian dari Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan Jawa Tengah atau yang sering di kenal dengan PRPP.

 

Beberapa miniatur rumah adat yanga ada di Taman Wisata Puri Maerokoco Semarang :
  • Anjungan Kabupaten Banjarnegara
  • Anjungan Kabupaten Banyumas
  • Anjungan Kabupaten Batang
  • Anjungan Kabupaten Blora
  • Anjungan Kabupaten Boyolali
  • Anjungan Kabupaten Brebes
  • Anjungan Kabupaten Cilacap
  • Anjungan Kabupaten Demak
  • Anjungan Kabupaten Grobogan
  • Anjungan Kabupaten Jepara
  • Anjungan Kabupaten Karanganyar
  • Anjungan Kabupaten Kebumen
  • Anjungan Kabupaten Kendal
  • Anjungan Kabupaten Klaten
  • Anjungan Kabupaten Kudus
  • Anjungan Kabupaten Magelang
  • Anjungan Kabupaten Pati
  • Anjungan Kabupaten Pekalongan
  • Anjungan Kabupaten Pemalang
  • Anjungan Kabupaten Purbalingga
  • Anjungan Kabupaten Purworejo
  • Anjungan Kabupaten Rembang
  • Anjungan Kabupaten Semarang
  • Anjungan Kabupaten Sragen
  • Anjungan Kabupaten Sukoharjo
  • Anjungan Kabupaten Tegal
  • Anjungan Kabupaten Temanggung
  • Anjungan Kabupaten Wonogiri
  • Anjungan Kabupaten Wonosobo
  • Anjungan Kota Magelang
  • Anjungan Kota Pekalongan
  • Anjungan Kota Salatiga
  • Anjungan Kota Semarang
  • Anjungan Kota Surakarta
  • Anjungan Kota Tegal

Selain miniatur rumah adat se-Jawa Tengah Puri Maerokoco Semarang juga terdapat beberapa sarana rekreasi, yaitu:
  • Becak Air
  • Bomcar
  • Bianglala
  • Marry Go Around (Komidi Putar)
  • Kid's Park (Ayunan, Perosotan, dll)
  • Istana Anak-anak Indonesia
  • Kereta gantung
  • Desa Wisata
  • Kolam Renang dan Waterboom
  • Pasar Apung
  • Museum Iptek
  • Outbond (Flying Fox, Perang Paintball, dll)
  • Gedung Opera


Selain menampilkan rumah– rumah adat, objek wisata ini dilengkapi dengan fasilitas rekreasi air seperti, sepeda air, perahu, juga kereta bagi pengunjung.
Menikmati sunset juga menjadi kenikmatan tersendiri di taman ini, apalagi lampu lampu taman yang dibuat temaram, namun ada baiknya teman-teman menggunakan celana panjang atau menyiapkan lotion anti nyamuk, karena menjelang malam di beberapa spot terutama yang dekat sungai nyamuk nakalnya lumayan banyak,..hehehee.....Happy Travelling Guys!!!.................

Travel On Duty Edisi Semarang (Part I); Klenteng Sam Po Kong

Klenteng Sam Po Kong adalah sebuah bangunan yang merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He atau Cheng Ho. Bangunan yang juga berfungsi sebagai tempat beribadah Umat Kong hu Cu ini terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. 
=============================================

Setelah beberapa kali mengunjungi Kota Semarang, akhirnya Sabtu, 09 Juni 2017 saya kesampaian untuk berkunjung ke Klenteng yang terkenal di Semarang, yakni Klenteng Sam Po Kong. Cuaca Semarang yang begitu terik tak menyurutkan semangat saya untuk berkunjung ke tempat ini. Tiket Masuk yang sangat terjangkau, yakni Rp. 10.000,- untuk dewasa dan Rp. 5.000,- untuk anak-anak. Oyah,..kemarin kami membeli tiket "terusan" yang bertarif Rp. 28.000,- per orang, saya dan teman-temanpun tak menyia nyiakan kesempatan untuk mengunjungi setiap sudut bangunan klenteng yang bernilai sejarah ini. 


Di setiap Klenteng ada dua orang “penjaga”, laki-laki dan perempuan; namun yang saya maksud penjaga ini bukan security, sebab yang bertugas sebagai tenaga pengamanan di setiap Klentengnya ada sendiri. Penjaga yang saya maksud adalah mereka yang memfasilitasi pengunjung yang hendak sembahyang, memberikan beberapa keterangan tentang klenteng, dan tentu saja menginfokan beberapa spot yang tidak boleh difoto (mohon maaf kalau kata “penjaga” dirasa kurang tepat).
Asal muasal Kelenteng Sam Poo Kong terkait erat dengan muhibah atau perjalanan Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana besar Cina yang terkenal dalam sejarah telah mengarungi samudra melintasi beragam negeri. Tempat ini juga biasa disebut Gedung Batu, karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Oleh karenanya bangunan ini juga disebut Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong. Bangunan yang bentuknya memiliki arsitektur bangunan China ini menjadi tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah bagi Umat Kong Hu Cu.
Bangunan inti dari kelenteng adalah sebuah Goa Batu yang dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya ketika mengunjungi Pulau Jawa di tahun 1400-an. Goa Aslinya sendiri tertutup longsor pada tahun 1700-an, kemudian dibangun kembali oleh penduduk setempat sebagai penghormatan kepada Cheng Ho. Di area ini juga juga terdapat dinding yang dihiasi relief yang menceritakan tentang perjalanan Laksamana Cheng Ho dari daratan China hingga akhirnya sampai di pulau Jawa.

Menurut sejarah, Laksamana Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (kaisar ketiga dari dinasti Ming, berkuasa tahun 1403-1424). Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao ( 三保)/Sam Po Bo. Dia lahir di daratan Yunnan dan masih keturunan dari Persia. Ia hidup dan besar ketika China dilanda peperangan saudara, dan Cheng Ho merupakan orang kepercayaan Yongle yang akhirnya menjadi kaisar dinasti Ming.
Karir Cheng Ho melesat dan Sang kaisar mempercayakan Cheng Ho menjadi duta internasional seiring dengan lahirnya dinasti yang baru. Ia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali dan Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tempat singgah Cheng Ho. Ia menjelajahi Samudra Hindia dan rute yang dia tempuh dari China menuju berbagai negara Asia Tenggara, India, Timur Tengah, Jazirah Arab hingga Afrika. Ia membawa pesan perdamaian dengan setiap kerajaan yang dikunjungi dan ia memulai perdagangan yang adil dan membagikan ilmu pengetahuan.
Ketika sedang berlayar melewati laut jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit. Melihat hal itu kemudian Ia memerintahkan para awak kapalnya untuk membuang sauh dan merapat ke pantai utara semarang. Setelah mendarat, Ia dan para awaknya berlindung di sebuah Goa dan mendirikan bangunan sebagai markas dan tempat tinggal sementara di tepi pantai yang sekarang telah berdiri menjadi kelenteng. Seiring bergantinya zaman, bangunan itu kini telah bergeser menjadi berada di tengah kota Semarang. Hal ini diakibatkan pantai utara jawa yang selalu mengalami proses pendangkalan yang di akibatkan adanya proses sedimentasi, sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.


Di tempat ini, Cheng Ho juga sempat memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat di sekitarnya. Konon, setelah Cheng Ho meninggalkan tempat tersebut karena harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang memutuskan tinggal di desa Simongan dan menikah dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu.
Meskipun sebenarnya laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, tetapi bagi etnis China Umat Kong Hu Cu, Beliau juga dianggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tao menganggap orang yang sudah meninggal, terlebih orang tersebut merupakan tokoh yang berpengaruh, dapat memberikan pertolongan kepada mereka yang masih hidup.


Seperti halnya bangunan-bangunan yang kental dengan unsur China, warna merah banyak mendominasi bangunan ini. Sejumlah lampion merah tidak saja menghiasi kelentengnya, tetapi juga pohon-pohon menuju pintu masuk. Di halaman yang cukup luas di depan kelenteng, terdapat sejumlah patung, baik yang berukuran besar maupun kecil. Patung Laksamana Cheng Ho juga berdiri gagah di depan bangunan kelenteng yang berwarna merah menyala. Arsitektur di kelenteng Sam Po Kong ini dipenuhi dengan ornamen naga. Selain itu bangunan kelenteng ini beratap susun melambangkan kelopak bunga teratai. Ukiran-ukiran seperti naga dan kapal dari Cheng Ho juga menambah kemegahan kelenteng ini.
Meskipun sebagai tempat destinasi wisata, area kelenteng yang berupa kuil lebih dimaksudkan untuk sembahyang, sehingga tidak semua orang boleh memasukinya. Bangunan kuil, baik yang besar maupun yang kecil dipagari dan pintu masuknya dijaga oleh petugas keamanan. Hanya yang bermaksud sembahyang saja yang diizinkan masuk sedangkan wisatawan yang ingin melihat lihat hanya bisa melakukan dari balik pagar. 


Di areal wisata klenteng Sam Po Kong ini juga terdapat beberapa lokasi menarik yang menunjukan sisa-sisa peninggalan di masa lalu. Diantaranya adalah tempat Kyai Juru Mudi yang berupa makam juru mudi kapal yang ditumpangi Laksamana Cheng Ho. Selain itu ada pula tempat lainnya yang dinamai kyai Jangkar, karena di sini tersimpan jangkar asli kapal Cheng Ho yang dihias dengan kain warna merah. Kemudian ada juga Kyai Cundrik Bumi, yang dulunya merupakan tempat penyimpanan segala jenis persenjataan yang digunakan awak kapal Cheng Ho, serta Kyai dan Nyai Tumpeng yang merupakan tempat penyimpanan bahan makanan pada zaman Cheng Ho.

Sebenarnya ada cerita unik saya dan teman-teman ketika berkunjung kesini, apa itu?,..kami menyempatkan diri untuk minta diramal ke penjaga salah satu Klenteng (dua orang, bapak dan ibu),..setelah bertemu dan ngobrol sebentar, si ibu mempersilahkan kami terlebih dahulu untuk membeli dupa di bagian depan Klenteng (dekat dengan penyewaan kostum), kemudian secara bergantian kamipun ngobrol alias curhat ke bapak yang akan meramal,..ini buat senang-senang saja tanpa ada maksud lain, alias penasaran saja,..heheheh.....saya dan teman pun cukup shock dengan hasil ramalan si bapak, yang menurut kami sih sangat mendekat dengan realita yang kami hadapi, baik itu soal pekerjaan maupun jodoh..hahahha............penasaran kan?,...makanya teman-teman jika berkunjung kesini sempatkan yah untuk diramal.....(end)