Tuesday, January 1, 2013

Sudut Pandang; Commuter Line; Bekasi - Bogor

Kereta api komuter adalah sebuah layanan transportasi kereta api penumpang antara pusat kota dan pinggiran kota yang menarik sejumlah besar orang yang melakukan perjalanan setiap hari. Kereta beroperasi mengikuti sebuah jadwal, pada kecepatan yang berbeda-beda mulai dari 50 sampai 200 km/jam. Jarak biaya atau harga zona kadang digunakan.

Setelah sekian lama tidak naik KRL, finally kesampaian juga akhirnya naik moda transportasi ini dengan rute Bekasi – Bogor. Dahulu pada kurun waktu tahun 2000 hingga 2002 moda transportasi ini langganan rutin saya tiap hari. Hal ini dikarenakan tiap sore saya harus kuliah di  Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok dari Stasiun Manggarai atau Cikini (karena kost di wilayah Salemba Jakarta Pusat).

Kalau ingat perjuangan dulu berdesak-desakan di dalam KRL, berbagai macam aroma tumpah ruah, hingga melihat orang yang jatuh dari KRL merupakan hal yang biasa. Jaman kuliah juga merupakan jaman dimana saya dan teman-teman juga “sedikit” nakal karena jarang sekali membeli tiket, alasannya sih klise pelayanannya ga banget, jadi ngapain harus beli tiket.

Setelah kurang lebih sepuluh tahun, akhirnya di penghujung tahun 2012 tepatnya hari Sabtu tanggal 29 Desember 2012 meluangkan waktu untuk mencoba moda transportasi ini yang katanya sudah jauh lebih baik dan nyaman....so mari kita buktikan.


Dengan berbekal info yang minim, saya berangkat dari rumah menuju stasiun Kranji. Tiba di loket pembelian baru “ngeh’ klo ada tiket Commuterline (ada AC-nya) dan KRL Ekonomi. Karena taunya Commuterline ya akhirnya saya beli tiket CL (singkatannya gitu katanya) seharga                 Rp. 9000,-dengan harapan dapat duduk nyaman dan ber-AC apalagi hari itu Sabtu, prediksi saya ga akan terlalu banyak penumpangnya.

Setelah menunggu selama 15 menit CL  pun datang, setelah masuk saya pikir lumayan bersih dan AC nya berasa, ternyata hari Sabtu juga cukup padat, alhasil saya tidak dapat tempat duduk hingga berhenti di Stasiun Manggarai untuk melanjutkan ke UI dan Bogor. Karena sudah mencoba CL, saya berinisiatif untuk mencoba KRL Ekonomi biasa dengan prediksi tidak akan penuh..tiket seharga Rp. 1.500,- pun di tangan. Tidak lama datanglah KRL Ekonomi yang dulu langganan ke kampus.  Dan ternyata tumplek jublek alias penuh banget!!!!, bingung antara mau naik atau tidak, tapi namanya juga mencoba akhirnya naik juga dengan bonus desak-desakan, oksigen yang rebutan dengan penumpang lainnya, gesekan badan dengan penumpang lainnya plus aroma badan yang beraneka ragam.

Kurang lebih 20 menit, saya turun di Statiun UI dengan keringat bercucuran, hehehehe....selanjutnya cerita tentang keberadaan saya di UI akan diceritakan di blog berikutnya yah...

Karena kapok dengan kondisi KRL ekonomi yang tadi, akhirnya diputuskan untuk ke Bogor menggunakan CL dengan harapan lebih baik dan nyaman tentunya. Dengan tiket seharga Rp. 9000,- saya menunggu CL tujuan Bogor. Ternyata harapan saya tidak sesuai kenyataan, kondisi CL malah sangat crowded tidak jauh dengan kondisi KRL Ekonomi yang saya naiki tadi, namun karena sudah terlanjur ya terpaksa naik. Kondisi desak-desakan ini berlangsung hingga pemberhentian terakhir yaitu Stasiun Bogor. Selanjutnya wisata kuliner dilanjutkan di kota Bogor.

Setelah puas berwisata di kota Bogor, diputuskan balik ke Bekasi tidak menggunakan KRL maupun CL tapi Bus, simple alasannya pengen tidur,..hahahahhaa......

Berdasarkan pengalaman tersebut memang moda transportasi ini paling banyak mengangkut penumpang, namun apa yang diharapkan oleh penumpang sebagai konsumen masih jauh dari apa yang diinginkan. Tiket yang lumayan mahal ternyata belum mampu mensubsidi kebutuhan akan kenyamanan. Pendingin ruangan atau AC hanyalah sekedar nama dan berasa hanya ketika penumpang sepi, kalau ramai dan membludak malah menjadi polusi udara karena membaurkan berbagai aroma ke semua orang. Mau protes rasanya sudah capek, toh hanya sebatas itu pelayanan optimal yang mampu diberikan oleh negara melalui PT. Kereta Api Indonesia. Intinya resiko lah hidup di kota besar semacam Jakarta dan sekitarnya.. (end).

1 comment: