Tuesday, January 10, 2017

Pagar Alam; Kampung Halaman yang Selalu Dirindukan

Kerja di Jakarta menyempatkan waktu khusus pulang kampung amatlah sulit, maka ketika ada kesempatan dinas ke Palembang, langsung menyusun rencana untuk extend sekalian pulang kampung ke Pagar Alam. Kerinduan bertemu orang tua, mandi air sumur yang super dingin dan menengok kebun kopi adalah hal yang paling saya rindukan. Walau cuma tiga hari, acara pulang setelah kerja ini menjadi begitu berkesan buat saya.
===================================================
Keberangkatan saya ke Pagar Alam menggunakan travel yang sudah saya pesan sebelumnya, berangkat setelah Maghrib dan tiba dini hari, langsung disambut oleh bapak dan ibu, dilanjutkan ngobrol sambil nge-teh hingga menjelang subuh,...percakapan dan suasana yang sudah sangat jarang ditemui kalau kita sudah jadi anak perantauan alias jauh dari orang tua. 
Cerita tentang kampung halaman saya sudah pernah saya posting saat awal awal mulai nge-blog, jadi kali ini saya tidak akan banyak bercerita lagi. Postingan kali ini akan menceritakan gambar-gambar yang saya posting dan cerita dibalik gambar tersebut, kita mulai dari gambar berikut ini yah :
Salangan
Salangan adalah susunan kayu bakar kering yang diletakkan secara rapih dibawah rumah panggung, biasanya kayu kabar tersebut digunakan sehari-hari untuk memasak, namun kini seiring perkembangan zaman dimana memasak sudah menggunakan gas, maka kayu kabar hanya digunakan pada saat ada acara (sedekahan) seperti pernikahan, peringatan kematian (7 dan 40 hari) dan lainnya. 
Banyaknya kayu bakar yang tersusun rapih dibawah rumah panggung juga menunjukkan bahwa yang empunya rumah sedang membuka lahan baru untuk kebun kopi atau meregenerasi kebun lamanya untuk ditanam kembali. Sepengetahuan saya kayu bakar terbaik adalah kayu bakar pohon kopi karena dapat menghasilkan arang yang berkualitas, panas dan tahan lama.
Dangau atau  Pondok
Kinjagh, Nighu
Dangau atau pondok adalah rumah panggung kecil yang terbuat dari perpaduan kayu dan atau bambu, umumnya dangau dibuat sebagai "rumah" sementara untuk menunggu kebun kopi baik pada saat musim panen atau merumput. Dangau umumnya memiliki halaman luas yang digunakan untuk menjemur kopi hasil panen.
Kinjagh merupakan alat yang digunakan sebagai tempat menampung panen hasil kopi untuk kemudian dibawa ke tempat penjemuran kopi. Nighu merupakan alat yang terbuat dari purun yang digunakan untuk "menampi"atau membersihkan beras sebelum ditanak. Saat ini baik Kinjagh maupun Nighu juga banyak dibuat versi kecil dan berwarna sebagai hiasan dinding atau cinderamata.
Nighu, Serindak atau Caping
Sementara Serindak atau Caping sebagaimana di tempat lain digunakan sebagai alat peindung dari panas matahari saat pergi ke sawah atau kebun. Tradisi di Pagar Alam Caping lebih banyak dipakai untuk pergi ke Sawah daripada ke kebun kopi, karena bersawah tidak ada pohon pelindung layaknya kebun kopi, sehingga petani langsung terkena cahaya panas matahari.
 
Bijih Kopi

Pada gambar ini merupakan Bijih Kopi yang sudah dikeringkan, biasanya bijih kopi kering ini disimpan di gudang untuk dikumpulkan lalu dijual, atau dijadikan bubuk kopi dengan cara digoreng tanpa minyak (dikiroh) lalu dihaluskan baik secara tradisional menggunakan lesung maupun menggunakan mesin. 


Kandang Ternak
Kandang Ternak biasanya dibuat pada bagian belakang rumah panggung, dindingnya terbuat dari bambu, sementara bawahnya dibiarkan beralaskan tanah. Ternak yang dipelihara biasanya ayam, bebek, itik, angsa, kambing dan kerbau/sapi. Untuk kerbau dan sapi biasanya tidak dimasukkan ke kandang melainkan diikat saja pada tiang dibawah rumah panggung. 


WC Umum/Toilet
Untuk gambar diatas saya pribadi kurang tau apa penyebutannya dalam bahasa Pagar Alam. Secara umum tempat ini dibuat selain sebagai saluran air antara satu kolam ke kolam lainnya juga berfungsi sebagai Toilet, ada yang dibuat terbuka seperti gambar ada juga yang tertutup dengan bambu, namun tidak berarti buang air seperti gambar diatas terbuka alias bisa dilihat orang lain, tempatnya walau terbuka dibuat menurun dari ketinggian tanah sebelumnya dan sebagai tanda bahwa sedang ada orang yang "nongkrong"disana biasanya hanya terlihat kepalanya saja. Dan untuk menutupi wilayah bagian belakang karena siapa tau ada yang tanpa sengaja lewat dari sisi belakang, biasanya orang yang nongkrong tadi menggunakan sarung atau handuk. 

Pemakaman Keluarga
Umumnya warga di Pagar Alam memiliki sendiri pemakaman keluarga. Lokasinya ada yang di belakang rumah atau berlokasi di kebun yang juga tidak jauh dari rumah, seperti yang keluarga kami miliki. Di pemakaman ini terdapat makam kakek dan nenek saya, dan beberapa keluarga lainnya. Untuk perantau seperti saya biasanya setiap pulang kampung selalu menyempatkan mengunjungi makam untuk ziarah. 

Demikian ulasan beberapa hal berkenaan dengan kota kelahiran saya, ini tentu saja baru sebagian kecil saja, di postingan selanjutnya mungkin ada banyak tambahan lagi dan buat teman-teman yang berasal dari kota yang sama saya sangat mengharapkan masukan maupun koreksi dari tulisan ini.
======================================================

No comments:

Post a Comment