Trip ke Waduk Wadaslintang sebenarnya tidak menjadi prioritas, sebab sebelumnya saya sudah pernah ke Waduk/Bendung Pejengkolan yang juga merupakan bagian dari aliran Waduk Wadaslintang. Saat itu saya pikir pemandangannya pun pasti akan relatif sama karena sama-sama waduk. Namun, karena rekan nge-trip penasaran untuk kesana lagi setelah sekian tahun tidak pernah kesana plus iming-iming bisa beli ikan Nila dan pepes Nila, akhirnya saya pun tertarik untuk datang kesana.
=======================================
Sabtu, 06 Februari 2016 sepulang ngantor, kami pun langsung menuju lokasi dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam. Sempat nyasar karena salah masuk gerbang, akhirnya dengan bertanya ke penduduk sekitar kami tiba di lokasi utama, yakni waduk. Waduk ini menurut informasi luasnya 3 kali dari waduk Pejengkolan, menurut cerita pembuatan waduk ini mengorbankan tiga desa yang ada di wilayah ini, sementara penduduknya sebagian besar ditransmigrasikan ke wilayah Jambi.
Pemandangan seputar waduk cukup indah, pembatas waduk merupakan jalan beraspal yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat untuk menuju desa lainnya. Suasana siang yang cukup terik membuat keringat kami bercucuran, tak banyak info spot-spot indah yang kami temui. Beruntung, kami bertemu bapak dan anak yang juga sedang duduk-duduk di sekitar waduk, kami pun banyak bertanya tentang waduk hingga spot-spot indah yang ditawarkan oleh obyek wisata ini. Salah satunya adalah semacam gardu pandang yang letaknya di pinggir waduk dengan posisi yang tinggi, dan untuk mencapainya harus menaiki anak tangga sederhana yang disediakan oleh pengelola. Dari spot inilah kita bisa melihat view waduk secara luas, saking tingginya posisi gardu pandang ini, orang-orang yang ada di sekitar waduk, baik petani maupun nelayan terlihat kecil seperti semut.
Bagi teman-teman yang suka menikmati pemandangan alami lokasi ini cocok menjadi salah satu tujuan wisata. Namun dari sisi pengelolaan, tempat ini belum tertata dengan baik, gardu pandang misalnya jalan menuju kesana tidak bersih, rumput-rumput liar dibiarkan tumbuh dan menutupi jalan, demikian pula dengan bangunan gardu pandangnya, tidak terawat, banyak coretan-coretan dan sampah, padahal dari lokasi ini bisa mendapatkan view yang begitu indah.
Sekali lagi, sebagai traveller kita memang harus tetap menjaga kebersihan lokasi wisata yang kita kunjungi, minimal tidak meninggalkan sampah dan mencoret-coret, dan menuliskan nama kita di lokasi, tidak ada untungnya sama sekali, selain mendapat julukan ALAY,..hahahaha..............
Selengkapnya mengenai lokasi dapat disimak pada video berikut ini :
===========================================
No comments:
Post a Comment