Monday, December 9, 2013

Sudut Pandang; Tanjung Pinang - Pulau Penyengat


Perjalanan ke Pulau Penyengat merupakan perjalanan yang tidak direncanakan sebelumnya. Tujuan awal adalah mengunjungi kota Batam, namun karena teman disana memberikan penjelasan bahwa bertamasya ke Kepulauan Riau dan sekitarnya tanpa “maen” ke Pulau Penyengat ga akan berasa. Alhasil setelah turun dari Pesawat saya dan teman-teman langsung dibawa ke pelabuhan penyeberangan menuju Tanjung Pinang dan kemudian menyeberang lagi ke Pulau Penyengat.

Pulau Penyengat merupakan salah satu pulau di Propinsi Kepulauan Riau. Letaknya sekitar 6 kilometer dari Kota Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau. Pulau ini bisa ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan perahu pompong yang bisa disewa dengan harga Rp 80.000/perahu atau Rp 5.000 - Rp 10.000/orang.
Nama Pulau Penyengat sendiri berasal dari cerita masa lalu yaitu saat para pelaut menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan dan untuk mengambil air tawar yang ada di pulau ini. Saat mengambil air tawar tersebut, mereka di serang oleh semacam lebah yang disebut mereka "penyengat", kejadian itu menimbulkan korban jiwa. Sejak peristiwa itu pulau ini disebut Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Indera Sakti.


Pulau yang berukuran 2.500 meter X 750 meter ini  merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang wajib kita kunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau.

Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat dari kejauhan sudah nampak jelas karena warnanya yang "mentereng" cerah berwarna kuning keemasan. Uniknya masjid ini karena selain menjadi simbol Pulau Penyengat, masjid ini Masjid ini tidak menggunakan semen sama sekali untuk perekatnya, hanya menggunakan putih telur, kapur dan tanah liat.

Masjid berwarna kuning ini dibangun mas kawin Sultan Mahmud kepada calon istrinya yaitu Engku Putri Raja Hamidah. Pada awal pembangunannya tahun 1803, masjid ini dahulu tidak sekokoh seperti sekarang.

Bangunan masjid ini awalnya berbahan dari kayu, namun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman, masjid ini direnovasi. Renovasi masjid ini bertujuan agar lebih banyak lagi jamaah yang bisa ditampung di dalam masjid. Sekarang masjid ini memiliki panjang 19,80 meter dan lebar 18 meter, ditopang oleh 4 pilar dan 13 kubah bulat, yang mampu menampung 3.000 jamaah.




Puas menikmati keindahan masjid ini, kita bisa mengelilingi pulau ini dengan menggunakan becak motor dengan biaya sewa Rp 25.000/jam. Kita akan dibawa ke beberapa tujuan lainnya seperti makam Engku Putri Raja Hamidah, makam Raja Haji Fisabilillah, makam Raja Jakfar, Istana Kantor, dan Balai Adat Indra Perkasa, tempat sumber mata air di pulau ini. Sama halnya Masjid Raya Sultan Riau, komplek makam raja-raja tersebut di dominasi warna kuning, yang menjadi simbol kejayaan Melayu kala itu.


Setelah itu saya dan teman-teman kembali ke Masjid Raya untuk melaksanakan ibadah Sholat Jumat, karena kebetulan waktu berkunjung pada hari Jumat. Kemudian untuk menikmati makan siang kami diajak kembali ke Tanjung Pinang dan dijamu dengan makan siang di Pinggir Pantai. Tidak usah ditanya bagaimana nikmatnya makanan laut yang disajikan, yang jelas buat saya pribadi yang juga penyuka makanan laut tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ingin rasanya terus menyantap makanan tersebut walau perut sudah terisi penuh...hahahahha......



Demikian sedikit oleh-oleh cerita tentang Pulau Penyengat yang baru pertama kali saya kunjungi. Ini sekali lagi membuktikan betapa kayanya Indonesia dengan berbagai macam objek wisata baik wisata kuliner, pantai maupun peninggalan bersejarah lainnya... I LOVE U INDONESIA.....!!!!!

No comments:

Post a Comment