Benteng ini adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 19. Terletak di Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
kira-kira 300 m dari jalan raya Kebumen – Yogyakarta, benteng ini
adalah salah satu obyek wisata menarik di Jalur Pantai Selatan. Nama Van
Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan pada saat itu yang
karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh. Pada
awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius)
dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876)
yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan
Kedu).
Trip di hari yang
sama (Rabu, 09 Desember 2015) dalam rangka #explorejateng adalah Benteng Van
Derwijck Kebumen. Tujuan awalnya kami sebenarnya setelah dari Pantai Suwuk
adalah Rumah Martha Tilaar, namun sesampainya di lokasi ternyata sudah tutup,
jadilah akhirnya kami ke Benteng Van Derwijck yang lokasinya tidak jauh dari
Rumah Martha Tilaar dan searah pulang ke Kutoarjo.
Sesampainya di lokasi kami melakukan pendaftaran dan
pembayaran di Loket, per orang Rp. 25.000,-mmmhhhh,...saya bergumam cukup mahal
ya untuk tempat wisata benteng dan beberapa fasilitas hiburan di dalamnya,
namun karena sudah terlanjur ya ga masalah juga,.....saat itu pengunjung tidak
banyak malah tergolong sepi, fasilitas hiburan yang ada semacam kereta jalan
buat anak-anak dan lainnya terlihat tidak terpakai karena dirantai begitu juga
dengan fasilitas kolam ikan nampak kotor dan kereta angsa diatasnya tidak
terpakai,...sayang yah,.....
Buat kami tentu saja yang menarik adalah objek Benteng Van
Derwijck itu sendiri, sebab selain bersejarah (peninggalan Belanda),
arsitekturnya yang bagus sebagai benteng pertahanan, disini kita juga dapat
melihat betapa pembangunan jaman dahulu benar-benar memperhatikan ketahanan dan
kekuatan bangunan. Umur bangunan yang sudah ratusan tahun itu masih terlihat
kokoh dan kuat walau cenderung angker terlihatnya.
Dengan luas mencapai 3606 m2 dan tinggi 9,67 m, warna merah yang
mendominasi menjadikan benteng ini tampak mencolok dibanding
bangunan-bangunan kuno di sekelilingnya. Benteng
ini memiliki 16 barak dengan ukuran 7,5 x 11 m2. Kompleks bangunan di
sekitar Benteng Van der Wicjk adalah barak militer yang awalnya
digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Karena
kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin lokal di selatan
Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan
benteng di lokasi yang sudah dikuasainya. Tujuannya jelas, untuk
memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama
di karesidenan Kedu Selatan. Benteng ini didirikan atas prakarsa
Jenderal Van den Bosch. Pada jaman penjajahan Jepang, kompleks benteng
ini menjadi tempat pelatihan prajurit PETA. Kini, kompleks benteng ini menjadi Sekolah Calon Tamtama dan barak militer TNI AD.
Puas menikmati keindahan benteng dari atas (naik kereta),
dalam benteng hingga bawah (halaman tengah dan luar) kami melanjutkan berjalan
ke seputar benteng. Sesuai cerita saya diawal, banyak sekali sarana/wahana yang
tidak terpakai dan tak terawat. Beruntung wahana kolam renang “lumayan” terawat
sehingga kami pun memutuskan untuk berenang hitung-hitung relaks menunggu
sore/waktu pulang (wahana tutup jam 17.00 WIB).
No comments:
Post a Comment