Wednesday, January 6, 2016

Kebumen Trip Part II; BENTENG VAN DERWIJCK KEBUMEN

 
Benteng ini adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 19. Terletak di Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, kira-kira 300 m dari jalan raya Kebumen – Yogyakarta, benteng ini adalah salah satu obyek wisata menarik di Jalur Pantai Selatan. Nama Van Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan pada saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh. Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu).

Trip di hari yang sama (Rabu, 09 Desember 2015) dalam rangka #explorejateng adalah Benteng Van Derwijck Kebumen. Tujuan awalnya kami sebenarnya setelah dari Pantai Suwuk adalah Rumah Martha Tilaar, namun sesampainya di lokasi ternyata sudah tutup, jadilah akhirnya kami ke Benteng Van Derwijck yang lokasinya tidak jauh dari Rumah Martha Tilaar dan searah pulang ke Kutoarjo.
Sesampainya di lokasi kami melakukan pendaftaran dan pembayaran di Loket, per orang Rp. 25.000,-mmmhhhh,...saya bergumam cukup mahal ya untuk tempat wisata benteng dan beberapa fasilitas hiburan di dalamnya, namun karena sudah terlanjur ya ga masalah juga,.....saat itu pengunjung tidak banyak malah tergolong sepi, fasilitas hiburan yang ada semacam kereta jalan buat anak-anak dan lainnya terlihat tidak terpakai karena dirantai begitu juga dengan fasilitas kolam ikan nampak kotor dan kereta angsa diatasnya tidak terpakai,...sayang yah,.....

 
Buat kami tentu saja yang menarik adalah objek Benteng Van Derwijck itu sendiri, sebab selain bersejarah (peninggalan Belanda), arsitekturnya yang bagus sebagai benteng pertahanan, disini kita juga dapat melihat betapa pembangunan jaman dahulu benar-benar memperhatikan ketahanan dan kekuatan bangunan. Umur bangunan yang sudah ratusan tahun itu masih terlihat kokoh dan kuat walau cenderung angker terlihatnya.
Dengan luas mencapai 3606 m2 dan tinggi 9,67 m, warna merah yang mendominasi menjadikan benteng ini tampak mencolok dibanding bangunan-bangunan kuno di sekelilingnya. Benteng ini memiliki 16 barak dengan ukuran 7,5 x 11 m2. Kompleks bangunan di sekitar Benteng Van der Wicjk adalah barak militer yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin lokal di selatan Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan benteng di lokasi yang sudah dikuasainya. Tujuannya jelas, untuk memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karesidenan Kedu Selatan. Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch. Pada jaman penjajahan Jepang, kompleks benteng ini menjadi tempat pelatihan prajurit PETA.  Kini, kompleks benteng ini menjadi Sekolah Calon Tamtama dan barak militer TNI AD.

 
 


Puas menikmati keindahan benteng dari atas (naik kereta), dalam benteng hingga bawah (halaman tengah dan luar) kami melanjutkan berjalan ke seputar benteng. Sesuai cerita saya diawal, banyak sekali sarana/wahana yang tidak terpakai dan tak terawat. Beruntung wahana kolam renang “lumayan” terawat sehingga kami pun memutuskan untuk berenang hitung-hitung relaks menunggu sore/waktu pulang (wahana tutup jam 17.00 WIB).

No comments:

Post a Comment