Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) memiliki rumah merupakan salahsatu cita-cita dan sekaligus keharusan. Terlambat
sedikit membeli rumah akan berkejaran dengan naiknya harga rumah, kebutuhan
keluarga yang semakin meningkat seperti kelahiran anak, pendidikan anak hingga kebutuhan lainnya. Saya sendiri secara
pribadi merasa agak sedikit terlambat memutuskan membeli rumah, yakni ketika
sudah menikah dan menjelang kelahiran anak pertama di pertengahan tahun 2007.
Waktu itu saya berpikir tidak tega rasanya anak masih bayi harus dibawa-bawa
pindah rumah dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya. Membeli rumah secara
cash bagi sebagian PNS merupakan hal yang cukup mustahil terjadi apabila hanya
mengandalkan penghasilan semata. Tidak ada cara lain selain mengangsur melalui
mekanisme pinjaman lewat bank atau yang lebih dikenal dengan Kredit Pemilikan
Rumah atau KPR.
Berbekal nasihat, pendapat dan saran
rekan-rekan mulailah saya bergerilya “hunting” rumah. Dari wilayah Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, dari rumah baru hingga rumah seken, dari perantara broker
hingga langsung ke rumah penjual. Capek, lelah dan putus asa karena ada rumah
yang disuka dan terjangkau tapi jauh, ada rumah yang lokasinya dekat kantor
tapi mahal dan sebagainya, namun tetap berusaha semangat demi mendapatkan rumah
idaman. Alhamdulillah pilihan jatuh pada rumah seken di Perumahan Duta Kranji
Bekasi Barat, saat itu ada dua rumah yang menjadi nominasi, sama-sama berada di
Blok B namun satu rumah berada di jalan utama, satu lagi berada di jalan
komplek (jalan kedua). Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya memilih rumah
nominasi pertama.
Sesuai arahan dan nasihat teman-teman
yang sudah memiliki rumah dengan cara KPR, langkah selanjutnya adalah menghubungi
pihak bank untuk mengajukan pengajuan KPR. Terdapat sekitar 5 (lima) list bank
yang direkomendasikan oleh beberapa rekan, dan gerilya pengajuan KPR
dimulai!!!..
Bank Pertama; merupakan bank yang
direkomendasikan adik kelas saya yang kebetulan berada di perumahan Duta Kranji.
Saya pun langsung menelpon call center bagian KPR untuk menanyakan hal-hal yang
berkenaan dengan pengajuan KPR, dengan ramah mereka menyapa dan menjelaskan
syarat dan mekanismenya. Selanjutnya sebagai calon nasabah dan karena kesibukan
kerja saya meminta kepada bagian marketingnya untuk datang ke kantor saya atau
bertemu di suatu tempat yang tidak jauh dari kantor (waktu itu saya masih
berkantor di Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang, Jakarta Timur), namun ternyata
permintaan saya tidak dapat dipenuhi karena saya wajib datang langsung ke
kantor pusatnya di wilayah Sudirman (tidak boleh di cabang), dan mereka juga
tidak melayani permintaan untuk datang ke kantor saya. Kecewa sudah pasti,
karena saya pikir marketing seharusnya mau mendatangi nasabah, tapi ya
sudahlah, mau bagaimana lagi, padahal saya berharap sekali bisa mendapatkan KPR
dari bank tersebut karena bunga KPR nya yang lumayan rendah saat itu.
Bank Kedua; merupakan bank yang
sebenarnya tidak terlalu direkomendasikan oleh rekan saya, (list terakhir
daftar bank), namun karena saat itu saya sudah mendapatkan nomor call center
marketing KPR nya maka saya langsung menghubunginya. Saat itu saya langsung
diterima oleh salah satu marketingnya yang bernama ibu Hani (lengkapnya saya
sudah lupa, karena saat ini pun infonya yang bersangkutan sudah tidak di divisi
itu lagi), dengan ramah beliau menjelaskan mekanisme dan syarat-syaratnya, dan
Alhamdulillah permintaan saya untuk bertemu di kantor saya dipenuhi oleh
beliau..ini yang namanya marketing sejati; pikir saya.
Pertemuan akhirnya terjadi di kantor
saya, melengkapi persyaratan dan lainnya, bu Hani pun memberikan daftar
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain, penghasilan/gaji suami-istri, copy
sertifikat rumah yang akan dibeli, surat pernyataan dari pimpinan kantor dan
lainnya. Alhamdulillah kurang dari satu minggu syarat tersebut saya penuhi,
selanjutnya menurut bu Hani akan ada pihak yang akan mensurvei rumah untuk
selanjutnya jika dianggap layak akan
diproses ke proses pemberkasan. Tidak sampai satu minggu saya dihubungi oleh pihak
Bank BNI untuk melakukan Akad Kredit, saat itu ada dua pilihan tempat yakni di
BNI Bekasi atau di BNI Pusat di Jakarta Kota, opsi kedua saya pilih karena
lebih mudah dijangkau dari rumah kontrakan saya saat itu. Dan Alhamdulillah
proses akad selesai, SAH saya memiliki rumah di Perumahan Duta Kranji Bekasi
Barat melalui KPR BNI.
Sekitar dua bulan mendiami rumah
baru, adik saya ternyata tertarik membeli rumah di komplek yang sama dan
kebetulan pula menyukai rumah yang dulu saya mau beli di blok yang sama. Singkat
cerita kesepakatan terjadi antara adek saya dan penjual rumah untuk membeli
rumah melalui KPR, dan tentu saja adik saya minta saran bank mana yang cocok
untuk KPR. Berbekal pengalaman tadi, maka tentu saja saya merekomendasikan KPR
melalui bank BNI dan Alhamdulillah yang kembali menjadi marketing KPR BNI untuk
rumah adik saya masih ibu Hani sehingga prosesnya pun tidak memakan waktu lama,
adek saya bisa menempati rumah tersebut, satu komplek dengan saya.
Pengalaman yang menarik dan inspiratif !
ReplyDeleteSalam kenal dan Persahabatan
Dari One SM
http://iwansmtri.blogspot.com/2015/07/kebersamaan-keluarga-bersama-bni.html
makasih mas iwan.., kisah mas iwan lebih inspiratif malah...hehehe....salam kenal dan persahabatan juga....
ReplyDeleteUntuk kenaikan bunganya gimana ya, apakah signifikan
ReplyDelete